Masjid Sukarno di RusiaKunjungan Sukarno ke Leningrad pada 1956 membawa berkah bagi muslim di kota itu. Masjid Agung St. Petersburg. MATA Presiden Megawati Sukarnoputri berkaca-kaca. Kisah wacana jasa mendiang Presiden Sukarno yang dibacakan Imam Besar Masjid Agung St. Petersburg, Zhapar N. Panchaev, membuatnya terharu, sewaktu berkunjung pada April 2003. Hampir 50 tahun lalu, Megawati –kala itu belum berusia sepuluh tahun– ikut rombongan ayahnya melaksanakan kunjungan kenegaraan ke Uni Soviet, Agustus-September 1956.Usai mengunjungi beberapa pabrik di Leningrad, rombongan Sukarno melanjutkan tur kotanya. Sewaktu melintasi Trinity Bridge, mata Sukarno terpaku pada bangunan biru berkubah di kejauhan. “Dalam taksiran Soekarno, bangunan itu jikalau sebuah masjid, bisa menampung lebih dari 3000 muslim bersembahyang berjamaah,” tulis Tomi Lebang dalam Sahabat Lama, Era Baru: 60 Tahun Pasang Surut Hubungan Indonesia-Rusia. Sukarno membatalkan beberapa program yang sudah dijadwalkan demi mengunjungi bangunan indah itu. “Pada hari itu pula para tamu dari Indonesia mengunjungi masjid lokal,” tulis buku Perjalanan Bung Karno! Sukarno mendapati kondisi bangunan yang dulunya masjid itu kumuh dan tak terawat. Pemerintah Uni Soviet menjadikannya gudang peralatan medis semenjak Perang Dunia II pecah; sumber lain menyebut alih fungsi terjadi tak usang sehabis Revolusi Oktober 1917. Masjid Agung Leningrad (kini Masjid Agung St. Petersburg) yang jadi gudang itu didirikan komunitas muslim St. Petersburg sehabis menerima izin dari Tsar Nicholas II pada 1910 dan diresmikan tiga tahun kemudian. “Arsiteknya, Nikolai Vasilyevich, memadukan dengan cermat ornamen ketimuran dan mosaik biru turquoise pada kubah, gerbang masjid, menara serta mihrab imamnya. Tidak heran jikalau masjid ini lebih populer dengan nama Masjid Biru,” tulis Tomi Lebang. Sebelumnya, muslim di St. Petersburg belum mempunyai masjid. “Mereka pun menyewa apartemen untuk dipakai beribadah sampai pembangunan Masjid Agung St. Petersburg pada 1913,” tulis Michael Khodarkovsky dalam Bitter Choices: Loyalty and Betrayal in the Russian Conquest of the North Caucasus. Sukarno sedih melihat masjid termegah Eropa di luar Turki itu dijadikan gudang. Dia mengutarakan kesedihannya kepada Khruschev ketika keduanya kembali bertemu di Moscow beberapa hari kemudian. “Soekarno meminta masjid ini dikembalikan sesuai fungsinya,” ujar Panchaev, sebagaimana dikutip Lebang. Sekira sepuluh hari usai kunjungannya, utusan Kremlin tiba ke masjid itu dan menyampaikan bahwa Masjid Agung St. Petersburg boleh difungsikan kembali sebagaimana mestinya. Meski Sukarno tak pernah membicarakan masjid itu kembali sehabis pertemuannya dengan Khruschev, muslim St. Petersburg tak pernah melupakan jasanya dalam memfungsikan kembali masjid agung itu. Menurut diplomat di KBRI Moscow, M. Aji Surya dalam “Ngabuburit ke Masjid Soekarno di Rusia,” dimuat di travel.kompas.com, muslim St. Petersburg sampai sekarang tak pernah melupakan jasa Sukarno. Banyak Muslim setempat menyebut Masjid Agung St. Petersburg dengan Masjid Sukarno. “Tanpa Sukarno mungkin masjid indah yang didirikan tahun 1910 ini sudah hancur sebagaimana masjid dan gereja lainnya,” ujar imam masjid, Mufti Ja’far Nasibullah, sebagaimana dikutip Surya |
Thursday, February 15, 2018
√ Masjid Sukarno Di Rusia
Diterbitkan February 15, 2018
Tags
Artikel Terkait
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
EmoticonEmoticon